Jumat, 21 November 2008

Filateli Hobi Kreatif dan Menyenangkan

Tahukah Anda arti "filatelis"? Kata ini berasal dari kata filateli, artinya hobi mengumpulkan benda-benda pos antara lain prangko. Sedangka "filatelis" adalah orang yang gemar mengumpul prangko atau benda-benda pos lainnya. Kegemaran ini kemudian melahirkan perkumpulan filatelis mulai dari club filatelis sampai perkumpulan yang bertaraf internasional. Organisasi ini di Indonesia disebut Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI). Pengurus Pusat PFI berkedudukan di Jakarta, sedangkan Pengurus Daerah (PD-PFI) berkedudukan di ibu kota provinsi. Di tingkat kabupaten dibentuk Pengurus Cabang PFI, sedang di tingkat unit/organisasi/instansi dibentuk Club Filatelis.
Wadah PFI ini diharapkan memberi manfaat positif, khususnya bagi generasi muda. Pemerintah (melalui Ditjen Postel) pernah menggalakkan program "sejuta filatelis" dengan sasaran "siswa". Program ini diluncurkan atas kerjasama Departemen Pendidikan dengan Ditjen Postel, Deparpostel ketika itu, dan ditindaklanjuti oleh Perum Pos dan Giro (sekarang: PT. Pos Indonesia). Bahkan program ini juga didukung oleh Gerakan Pramuka, yang kemudian melahirkan Surat Keputusan Bersama.
Program ini mendapatkan respon dari masyarakat, terutama kalangan pendidikan, namun saat ini tindak lanjut program ini sudah tidak nampak lagi. Filatelis melalui PFI masih tetap eksis, meski dukungan dari pemerintah semakin kurang.
Di lingkungan pendidikan hobi ini sangat menarik untuk dikembangkan mengingat kandungan nilai dari benda filateli, seperti prangko itu multidimensional. Banyak hal yang dapat diperoleh dari benda kecil dan unik yang dinamai "PRANGKO" ini. Sisi disainnya untuk seni, nilai nominalnya untuk ekonomi, gambarnya untuk sejarah dan seni, dsb.
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, prangko menjadi lahan bisnis yang menguntungkan.
Beberapa keuntungan tersebut dapat menjadi bahan untuk kemudian menjadikan FILATELI sebagai pilihan tepat untuk kegiatan ekstrakurikuler siswa kita. Yang jelas Filateli adalah hobi sehat yang menyenangkan, bermanfaat dan dapat menumbuhkembangkan kreatifitas siswa.


M.Arafah
PD-PFI Sulsel

Kamis, 13 November 2008

Peresmian Sanggar Seni dan Budaya

Minggu, tgl. 9 November 2008 telah terbentuk "Sanggar Seni dan Budaya" SMAN 1 Bontoa yang beralamat di Jl. Pendidikan No. 20 Kel. Bontoa, Kec. Bontoa, Kab. Maros provinsi Sulawesi Selatan. Kode Pos 90554. Pembentukan Sanggar Seni dan Budaya ini merupakan momentum yang bersejarah, oleh karena kreativitas seni dan upaya pelestarian nilai-nilai budaya, khususnya budaya lokal oleh siswa selama ini tidak tersalur secara maksimal karena tidak adanya wadah pengembangan potensi dan kreatifitas seperti ini.
Kepala SMA Neg. 1 Bontoa yang diwakili oleh Wakasek Urs. Humas dan SDM., Muhammadia Arafah dalam acara peresmian tersebut berharap agar Sanggar Seni ini dapat menjadi wadah pengembangan potensi dan lebih meningkatkan kreatifitas peserta didik, sehingga SMAN 1 Bontoa, ke depan dapat diperhitungkan. Melalui wadah ini juga diharapkan akan muncul bibit-bibit baru yang dapat membawa nama baik Kec. Bontoa, bahkan nama Kab. Maros pada event-event seni dan budaya.
Peresmian dihadiri oleh Ketua BKKI Kab. Maros, salah seorang seniman Maros asal Bontoa yang juga pengurus BOSOWA Foundation, Pembina/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Seni Kaimuddin, S. Pd. Siswa (i) sangat antusias mengikuti acara tersebut, karena dirangkaikan dengan pagelaran/pentas seni oleh perwakilan setiap kelas.
Pagelaran seni tersebut, di samping sebagai pengisi acara, juga mendapatkan penilaian oleh Guru/Pembimbing Seni SMAN 1 Bontoa.


Muhammadia Arafah

Jumat, 07 November 2008

Perubahan,...?

Membicarakan perubahan seakan tak ada akhirnya, sebagaimana "perubahan" itu sendiri tidak akan pernah berhenti walau sedetik pun selama manusia masih ber"budaya". Salah satu dari sekian banyak untaian kata bijak mengatakan "tak satu pun di dunia ini yang abadi, kecuali "perubahan". Ungkapan/untaian kata tersebut saat ini menjadi komoditas laris sebagaimana sandang, pangan, papan dan basic need lainnya. Setiap hari, di media massa membahas masalah ini. Bahkan, dari mulut orang-orang yang menginginkan perubahan selalu dilontarkan yang entah tujuannya untuk menarik simpati atau karena ingin dikenal meskipun hanya ikut-ikutan menyuarakan, atau bahkan meneriakkan perubahan, padahal dia sendiri tidak mengetahui esensi dari perubahan.
"Perubahan itu perlu", ini Iklan sebuah komoditi, sumbernya dari perusahaan, tujuannya menarik perhatian. "Salam Perubahan", ini sumbernya dari spanduk salah seorang calon legislatif, tujuannya menarik simpati. Dan masih banyak lagi untaian kata yang jelas-jelas menuliskan kata-kata "perubahan" ini. Mungkin juga mereka sangat mengerti tentang makna perubahan, tetapi belum tentu mereka mampu membuktikan kata perubahan tersebut.
Memang tak semudah mengucapkan daripada membuktikan, padahal yang terpenting dari perubahan itu adalah "teladan". Keteladanan untuk "mulai" perubahan itu dari diri orang yang mengucapkan, atau bahkan yang mengkampanyekan perubahan tersebut. Meminjam kata ulama kondang AA Gym, atau sumber lain yang sama atau hampir sama maknanya: mulailah dari diri sendiri, dari yang kecil-kecil, dan mulailah saat ini.

Makna perubahan akan terasa jika telah dimulai, dan dari diri sendiri, BUKAN dari orang lain yang menceritakan, kemudian berangan-angan atau bahkan berani mengambil kesimpulan bahwa "perubahan" itu seperti "angan-angan" adanya.
Continous Quality Improvement, perubahan itu hendaknya dilakukan terus-menerus (lebih bermutu). Untuk itu, mari kita mulai sekarang,.... kemudian,... Alhamdulillah,......


M_Arafah