Jumat, 19 Desember 2008

Manajemen Antrian "Lantas"

Dalam perjalanan ke Makassar tanggal 6 Desember 2008 sekitar pukul 17.15 wita, saya sempat beberapa kali geleng-geleng kepala melihat kelakuan para pengendara sepeda motor pada saat kendaraan berjubel dan jalanan macet. Tidak berfungsinya lampu pengatur jalan di simpang empat dari Maros ke Makassar poros jalan tol dan ke Bandara Internasional Makassar menyebabkan antrian panjang kendaraan. Maklum suasana menjelang Hari Raya Idul Adha. Waktu menunjukkan pukul 17.45 WITA ketika itu, kendaraan kami masih berada di antara antrian panjang tersebut.
Dalam kondisi jalan yang penuh sesak dengan kendaraan seperti itu, banyak di antara pengendara yang mencuri jalan melewati garis tengah jalan. Akibatnya kemacetan dari arah berlawanan pun tak terelakkan. Satu demi satu kendaraan saling mendahului dan mengambil jalan di bagian kanan melewati garis tengah. Polisi yang mengatur lalu lintas di sekitar titik kemacetan agak kewalahan. Apalagi ketika itu menjelang magrib, di mana pengendara saling berlomba karena ingin cepat sampai di tujuan masing-masing.
Di tengah antrian panjang tersebut saya teringat pada prilaku disiplin para pengendara di negara tetangga Brunei Darussalam. Jika berada di simpang jalan, pengendara sangat berhati-hati sebelum mengambil arah berbelok, bahkan sempat berhenti sejenak meskipun kondisi jalan yang lengang. Tentu saja angka kecelakaan lebih rendah jika perilaku pengemudi taat tata tertib/disiplin berlalu lintas. Demikian pula di negara-negara maju seperti Jepang, kesadaran pengendara sudah sedemikian tinggi, sehingga tugas Polisi hanya memantau arus lalu lintas.
Kita memang harus belajar dari kemajuan dan kedisiplinan negara lain terutama dalam hal antrian di tempat pelayanan umum. Mungkin kampanye tentang sadar berlalu lintas perlu terus digalakkan agar pengemudi semakin sadar dalam berkendara. Bila perlu di sisi jalan juga perlu dibuat semacam rambu-rambu yang mirip “iklan” (menarik) atau himbauan agar pengemudi lebih sabar dan membiasakan diri antri di jalan raya. Sosialisasi tentang disiplin berlalulintas perlu terus dilakukan oleh pihak Kepolisian dan Dinas Perhubungan dengan sasaran para pengemudi pemula. Proses untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) juga perlu lebih diperketat, serta ketegasan dan konsistensi aparat kepolisian untuk menindak pelanggaran lalu lintas sangat mendukung terciptanya tertib lalu lintas.
Sudah saatnya manajemen antrian diterapkan di jalan, agar keselamatan berlalu lintas yang menyangkut keselamatan jiwa manusia dapat terwujud. Memberi contoh bagaimana antrian yang baik bagi pengemudi yang telah mengerti merupakan tahap awal yang akan sangat membantu. Dengan demikian diharapkan teladan seperti itu ditiru pengendara lain, dan lama kelamaan akan tercipta tertib lalu lintas di jalan sehingga perjalanan terasa nyaman, aman, dan selamat sampai di tujuan.
Mulailah dari diri sendiri, mulai saat ini,... tunggu,.... esok pasti lebih baik!

Makassar, 6 Desember 2008

Marafahardian6671

Generasi Platinum

Setiap periode waktu memunculkan generasi tersendiri yang dapat dikenali dari karakter mereka yang khas. Dewasa ini yang mulai banyak disoroti adalah munculnya anak-anak yang disebut sebagai “generasi platinum”. Besiaplah untuk menyambut dan mempersiapkan mereka menjadi generasi yang siap menyongsong masa depan.

Pemberian istilah “generasi platinum” adalah untuk membedakan dengan genrasi-generasi terdahulu, sebelumnya yang dikenal adalah generasi baby boomers, generasi X, dan generasi Y. Platinum sendiri bermakna sebagai sesuatu yang sangat ernilai, bahkan lebih dari emas.

Generasi baby boomers adalah generasi yang lahir setelah perang dunia kedua, yaitu antara tahun 1946 – 1964. Setelah sebelumnya terus-menerus dilanda peperangan. Pada periode tersebut, kondisi kehidupan masyarakat mulai membaik dan terjadi “ledakan” jumlah kelahiran di seluruh dunia – sehingga muncul istilah “baby boomers”.
Pada saat generasi ini tumbuh, televisi yang menawarkan beragam acara mulai tumbuh. Sebagian besar dari mereka juga mengenal dan menjadikan musik rock n roll sebagai medium mengekspresikan diri. Generasi ini dikenal dengan karakeristiknya yang suka memberontak. Meski demikian, generasi ini berjas untuk membuka jalan bagi semakin luasnya kebebasan individu dan perjuangan hak-hak sipil.

Berikutnya adalah generasi yang lahir pada periode 1965 – 1980. Mereka disebu sebagai generasi X. Anak-anak generasi X sangat akrab dengan program musik di televisi, khususnya MTV, pada masa mereka juga muncul video games. Anak-anak pada masa ini memiliki karakter sinis, skeptis, dan kurang optimis menatap masa depan. Namun generasi ini juga dikenal sebagai generasi yang sangat akrab dengan teknlogi dan memiliki semangat kwirausahaannya. Dapat dilihat betapa perusahaan-perusahaan raksasa di internet adalah bikinan dari anak-anak pada generasi X.

Generasi berikutnya adalah generasi Y, yaitu anak-anak yang lahir pada periode tahun 1981 – 1995. Generasi yang juga dikenal sebagai “generasi millennium” ini tumbuh bersamaan dengan munculnya teknologi komunikasi yang canggih dan internet. Karakter khas mereka adalah cenderung menuntut, tidak sabar, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang buruk. Meski terkenal cuek dan cenderung mengabaikan peraturan kantor saat bekerja, namun generasi Y ini dipuji karena semangat dan energi mereka yang luar biasa dalam bekerja.

Generasi Platinum
(Sumber: Fajar, 23 Dese-2007, h.2-3)

Jumat, 21 November 2008

Filateli Hobi Kreatif dan Menyenangkan

Tahukah Anda arti "filatelis"? Kata ini berasal dari kata filateli, artinya hobi mengumpulkan benda-benda pos antara lain prangko. Sedangka "filatelis" adalah orang yang gemar mengumpul prangko atau benda-benda pos lainnya. Kegemaran ini kemudian melahirkan perkumpulan filatelis mulai dari club filatelis sampai perkumpulan yang bertaraf internasional. Organisasi ini di Indonesia disebut Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI). Pengurus Pusat PFI berkedudukan di Jakarta, sedangkan Pengurus Daerah (PD-PFI) berkedudukan di ibu kota provinsi. Di tingkat kabupaten dibentuk Pengurus Cabang PFI, sedang di tingkat unit/organisasi/instansi dibentuk Club Filatelis.
Wadah PFI ini diharapkan memberi manfaat positif, khususnya bagi generasi muda. Pemerintah (melalui Ditjen Postel) pernah menggalakkan program "sejuta filatelis" dengan sasaran "siswa". Program ini diluncurkan atas kerjasama Departemen Pendidikan dengan Ditjen Postel, Deparpostel ketika itu, dan ditindaklanjuti oleh Perum Pos dan Giro (sekarang: PT. Pos Indonesia). Bahkan program ini juga didukung oleh Gerakan Pramuka, yang kemudian melahirkan Surat Keputusan Bersama.
Program ini mendapatkan respon dari masyarakat, terutama kalangan pendidikan, namun saat ini tindak lanjut program ini sudah tidak nampak lagi. Filatelis melalui PFI masih tetap eksis, meski dukungan dari pemerintah semakin kurang.
Di lingkungan pendidikan hobi ini sangat menarik untuk dikembangkan mengingat kandungan nilai dari benda filateli, seperti prangko itu multidimensional. Banyak hal yang dapat diperoleh dari benda kecil dan unik yang dinamai "PRANGKO" ini. Sisi disainnya untuk seni, nilai nominalnya untuk ekonomi, gambarnya untuk sejarah dan seni, dsb.
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, prangko menjadi lahan bisnis yang menguntungkan.
Beberapa keuntungan tersebut dapat menjadi bahan untuk kemudian menjadikan FILATELI sebagai pilihan tepat untuk kegiatan ekstrakurikuler siswa kita. Yang jelas Filateli adalah hobi sehat yang menyenangkan, bermanfaat dan dapat menumbuhkembangkan kreatifitas siswa.


M.Arafah
PD-PFI Sulsel

Kamis, 13 November 2008

Peresmian Sanggar Seni dan Budaya

Minggu, tgl. 9 November 2008 telah terbentuk "Sanggar Seni dan Budaya" SMAN 1 Bontoa yang beralamat di Jl. Pendidikan No. 20 Kel. Bontoa, Kec. Bontoa, Kab. Maros provinsi Sulawesi Selatan. Kode Pos 90554. Pembentukan Sanggar Seni dan Budaya ini merupakan momentum yang bersejarah, oleh karena kreativitas seni dan upaya pelestarian nilai-nilai budaya, khususnya budaya lokal oleh siswa selama ini tidak tersalur secara maksimal karena tidak adanya wadah pengembangan potensi dan kreatifitas seperti ini.
Kepala SMA Neg. 1 Bontoa yang diwakili oleh Wakasek Urs. Humas dan SDM., Muhammadia Arafah dalam acara peresmian tersebut berharap agar Sanggar Seni ini dapat menjadi wadah pengembangan potensi dan lebih meningkatkan kreatifitas peserta didik, sehingga SMAN 1 Bontoa, ke depan dapat diperhitungkan. Melalui wadah ini juga diharapkan akan muncul bibit-bibit baru yang dapat membawa nama baik Kec. Bontoa, bahkan nama Kab. Maros pada event-event seni dan budaya.
Peresmian dihadiri oleh Ketua BKKI Kab. Maros, salah seorang seniman Maros asal Bontoa yang juga pengurus BOSOWA Foundation, Pembina/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Seni Kaimuddin, S. Pd. Siswa (i) sangat antusias mengikuti acara tersebut, karena dirangkaikan dengan pagelaran/pentas seni oleh perwakilan setiap kelas.
Pagelaran seni tersebut, di samping sebagai pengisi acara, juga mendapatkan penilaian oleh Guru/Pembimbing Seni SMAN 1 Bontoa.


Muhammadia Arafah

Jumat, 07 November 2008

Perubahan,...?

Membicarakan perubahan seakan tak ada akhirnya, sebagaimana "perubahan" itu sendiri tidak akan pernah berhenti walau sedetik pun selama manusia masih ber"budaya". Salah satu dari sekian banyak untaian kata bijak mengatakan "tak satu pun di dunia ini yang abadi, kecuali "perubahan". Ungkapan/untaian kata tersebut saat ini menjadi komoditas laris sebagaimana sandang, pangan, papan dan basic need lainnya. Setiap hari, di media massa membahas masalah ini. Bahkan, dari mulut orang-orang yang menginginkan perubahan selalu dilontarkan yang entah tujuannya untuk menarik simpati atau karena ingin dikenal meskipun hanya ikut-ikutan menyuarakan, atau bahkan meneriakkan perubahan, padahal dia sendiri tidak mengetahui esensi dari perubahan.
"Perubahan itu perlu", ini Iklan sebuah komoditi, sumbernya dari perusahaan, tujuannya menarik perhatian. "Salam Perubahan", ini sumbernya dari spanduk salah seorang calon legislatif, tujuannya menarik simpati. Dan masih banyak lagi untaian kata yang jelas-jelas menuliskan kata-kata "perubahan" ini. Mungkin juga mereka sangat mengerti tentang makna perubahan, tetapi belum tentu mereka mampu membuktikan kata perubahan tersebut.
Memang tak semudah mengucapkan daripada membuktikan, padahal yang terpenting dari perubahan itu adalah "teladan". Keteladanan untuk "mulai" perubahan itu dari diri orang yang mengucapkan, atau bahkan yang mengkampanyekan perubahan tersebut. Meminjam kata ulama kondang AA Gym, atau sumber lain yang sama atau hampir sama maknanya: mulailah dari diri sendiri, dari yang kecil-kecil, dan mulailah saat ini.

Makna perubahan akan terasa jika telah dimulai, dan dari diri sendiri, BUKAN dari orang lain yang menceritakan, kemudian berangan-angan atau bahkan berani mengambil kesimpulan bahwa "perubahan" itu seperti "angan-angan" adanya.
Continous Quality Improvement, perubahan itu hendaknya dilakukan terus-menerus (lebih bermutu). Untuk itu, mari kita mulai sekarang,.... kemudian,... Alhamdulillah,......


M_Arafah

Minggu, 26 Oktober 2008

Ucapan Selamat

Atas nama tenaga pendidik dan kependidikan SMAN 1 Bontoa Kabupaten Maros mengucapkan:
SELAMAT HARI BLOG NASIONAL 2008
TANGGAL 27 OKTOBER 2008
Kami berharap, perkembangan pemanfaatan blog dapat menjadi media efektif yang dapat memacu kreatifitas siswa sehingga dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran.
M. Arafah
Wakasek Humas&SDM

Senin, 15 September 2008

Pesantren Kilat dan Kegiatan Pengembangan Diri

Sabtu, 13 September 2008 telah dilaksanakan penutupan kegiatan amaliah ramadhan yang telah berlangsung selama satu minggu. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan ketakwaan kepada Allah, SWT. bagi warga sekolah, khususnya peserta didik. Materi Pesantren Kilat antara lain: Kepemimpinan Islam, Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah, Zikir bersama, dan berbagai materi penting lainnya.

Pada penutupan yang dilakukan oleh Kepala SMAN 1 Bontoa Drs. Aswan, M.M., disampaikan berbagai pesan untuk mengamalkan dan melaksanakan dengan baik berbagai pengetahuan yang telah disampaikan oleh pemateri. Kepala Sekolah juga mengharapkan untuk senantiasa menjaga ukhuwah Islamiyah, baik dengan warga sekolah, maupun dengan lingkungan di mana peserta berdomisili.

Panitia Pelaksana Pesantren Kilat dan Pengembangan Diri "JAMIYATUL QURA'" menyampaikan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak, sehingga pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan baik.


Wakasek Humas & SDM

Ucapan Selamat

Minggu, 14 September 2008 Lab. Com SMAN 1 Bontoa Maros mulai berfungsi normal. Berfungsinya Lab. Com. ini atas bantuan berbagai pihak antara lain Bagian Proyek Peningkatan Mutu SMU, Satker Provinsi Sulawesi Selatan, SMKN 1 Maros sebagai ICT Center yang merupakan bantuan Depdiknas RI untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Awal berfungsinya Lab. Com ini dihadiri oleh Kepala SMAN 1 Bontoa Drs. Aswan, M.M. dan beberapa tenaga pendidik dan kependidikan. Diharapkan dengan pemanfaatan lab. ini secara maksimal, mutu prosespembelajaran semakin meningkat sehingga kualitas output lebih baik di masa yang akan datang.

Kepala Sekolah juga mengharapkan adanya pelatihan internet bagi tenaga pendidik dan kependidikan di masa yang akan datang.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Lab. Com ini dapat berfungsi normal.

M_Arafah

Minggu, 02 Maret 2008

Implementasi Total Quality Management dalam Pendidikan

Implementasi Total Quality Management dalam Pendidikan
Muhammadia*)
Abstraksi

Pendidikan memungkinkan perubahan, melalui perbaikan dalam proses yang berlangsung secara berkesinambungan (continuous process improvement). Long Life Education, konsep yang telah didengungkan sejak orde baru, bahkan jauh sebelumnya kini memerlukan pemaknaan ulang yang mendalam. Proses pemaknaan yang dimaksud adalah pemberian nilai tambah (value added process) dalam proses pendidikan dan penanaman/pengamalan nilai dalam proses (value in use process) melalui proses pembelajaran.
Proses dengan pemberian nilai tambah dan pengamalan nilai tersebut sangat dibutuhkan agar pendidikan dapat lebih bermakna, dan upaya “memanusiakan manusia” dapat tercapai. Dalam konteks “memanusiakan manusia” inilah di dalamnya mengandung nilai-nilai penting dan akan menjadi value added yang mempengaruhi output, baik dilihat dari sikap dan prilaku maupun dari aspek pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill) yang berdampak secara luas pada kualitas hidup masyarakat yang lebih baik (outcome).

I. Pendahuluan

Konsep School Based Management dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Hal ini sesuai amanat Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pelaksanaannya ditujukan untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan kini dan masa yang akan datang. Sekalipun konsep ini direkomendasikan untuk dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, namun masih muncul beberapa isu tentang rendahnya mutu pendidikan, kesempatan mendapatkan pelayanan pendidikan yang kurang merata, tingginya angka putus sekolah. Permasalahan tersebut di atas perlu dicermati, bukan hanya oleh pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat yang cinta pada perubahan.

“Education for all”, mengandung makna yang sangat mendalam. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pendidikan merupakan hak azasi bagi setiap manusia. Bahkan, dalam Islam pendidikan anak dimulai sejak dalam kandungan. Interpretasi ini berlanjut dengan peristilahan yang maknanya kurang lebih sama artinya “Long Life Education”. Pendidikan bukan hanya milik orang dewasa, tapi juga anak-anak, remaja, dan juga orang tua. Bukan hanya untuk orang kaya, tapi juga orang miskin.
Tujuan pendidikan nasional, untuk mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, SWT. membutuhkan kerja keras (action), dan komitmen kuat untuk meraihnya. Action yang jelas harus disertai dengan itikat dan niat yang tulus dari seluruh komponen masyarakat (sesuai konsep MBS), untuk secara bersama-sama (work-TEAM= Together Everyone Achieves More) dalam suasana “silaturrahim” dan dilandasi dengan komitmen yang kuat untuk melakukan “reformasi pendidikan” dalam arti: menghijerahkan diri (bangsa) dari segala bentuk kekufuran (sikap/prilaku menyimpang = misconduct) menuju masyarakat pendidikan yang penuh kesyukuran, keikhlasan, kearifan (wisdom) sehingga menjadi manusia yang berkualitas, beriman dan bertaqwa.
Reformasi pendidikan dimaksud membutuhkan perjuangan dan pengorbanan dan harus dimulai, meski taruhannya sangat berat. Reformasi pendidikan yang dilakukan memberikan konsekuensi pada perubahan. Perubahan yang terjadi sebagai akibat komitmen yang kuat untuk bersama-sama dalam perubahan akan menjadi lebih “ringan” dan lebih “mudah” dibanding membiarkan proses pendidikan berlangsung hanya sebagai rutinitas, tanpa pemaknaan dan pemberian nilai tambah (value added).
Proses pemaknaan dan pemberian nilai tambah dalam proses pendidikan, khususnya dalam pendidikan formal melalui pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan dengan menempatkan guru sebagai tenaga pendidik pada posisi sentral. Posisi guru dalam hal ini sangat penting artinya, karena proses interaksi yang dituntut dalam proses pembelajaran (bukan PBM) antara siswa dengan guru dilakukan dalam suasana “silaturahim”.
Agar peran guru dalam proses pembelajaran berlangsung secara maksimal, perlu dipertimbangkan beberapa faktor motivasi yang menurut Frederick Herzberg dikenal dengan teori “motivasi-pemeliharaan” yang dipengaruhi oleh dua faktor yang disebutnya “motivators” atau “pemuas” (satisfiers) dan faktor pemeliharaan “hygienic factors” atau (dissatisfiers). Di samping itu perlu pula memperhitungkan kinerja guru dengan tanpa melupakan pemberian penghargaan (reward), baik dalam bentuk kompensasi yang cukup dan adil, maupun bentuk penghargaan lainnya yang layak dan wajar dan dengan tetap menempatkan guru sebagai individu yang berjiwa sosial dan manusiawi.
Kondisi pembelajaran yang kondusif, sebagaimana diharapkan dalam KBK dengan kondisi yang PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) merupakan suatu tuntutan. Dalam konteks ini penggunaan kata-kata “silaturrahim” untuk menjelaskan konsep PAKEM ini menjadi lebih tepat. Sesuai artinya dalam bahasa Arab berasal dari kata “siilatun” dapat diartikan “hubungan” dan “arrahimi” yang mengandung makna kasih sayang, saling memberi dan menerima, saling membutuhkan sebagaimana layaknya “saat bayi dalam rahim”. Konsep silaturahim yang menekankan pada upaya penciptaan hubungan baik (link and match) antara pemerintah dengan masyarakat pendidikan (penyelenggara pendidikan), antara sekolah dengan lingkungan sekolah (komite sekolah, dewan pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan lainnya), antara guru dengan siswa, sangat tepat diimplementasikan dalam upaya perbaikan kualitas pendidikan ke depan. Apabila guru mampu menciptakan suasana silaturrahim dalam proses pembelajaran akan menjadikan pendidikan semakin penting dan bermakna.


II. Menuju Pendidikan yang Berkualitas dengan Total Quality Management
Pada awalnya (1950 – 1970) upaya peningkatan daya saing efisiensi dan pemecahan masalah dalam unit-unit kerja suatu perusahaan masih bersifat partial (little q). Pada tahun 1970 – 1980 praktik Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circles) dilaksanakan untuk menunjang strategi Kaizen dengan pendekatan total. Kaizen berasal dari kata Kai berarti change dan Zen berarti good atau for the better. Kaizen sendiri dapat diartikan sebagai usaha perbaikan, penyempurnaan, dan peningkatan yang dapat dilakukan di semua bidang dengan berorientasi pada proses, dan dilaksanakan secara berlanjut (continuous improvement), yang mengikutsertakan seluruh karyawan mulai dari top management, middle management, lower management. Secara umum Kaizen berarti suatu perubahan ke arah perbaikan.
Penerapan prinsip-prinsip manajemen modern secara total yang melahirkan kualitas total (total quality), yang kemudian diimplementasikan melalui TQC (Total Quality Control) dan QCC (Quality Control Circles), Kanban, JIT (Just in Time) menjadikan Jepang tidak saja menang dari segi kualitas produksi, tetapi juga jasa. Bisnis jasa yang menekankan pada pemberian service yang berujung pada “customer satisfaction” patut dijadikan acuan dan menjadi solusi PROSDEM (problem solving and decision making).
Agar pendidikan dinilai semakin penting dan bermakna diperlukan penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan pendidikan. Penerapan itu dilakukan secara bersama-sama, terintegrasi, berkelanjutan, dan oleh semua unsur dari pusat sampai daerah, dari pengambil kebijakan hingga pelaksana kebijakan, dari hulu hingga hilir dan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penerapan fungsi manajemen tersebut saat ini terkesan belum efektif. Hal ini antara lain disebabkan kurang terciptanya hubungan synergic antara hulu dan hilir serta kurangnya penerapan prinsip-prinsip keadilan (fairness), transparansi (transparancy), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility), moralitas (morality), keandalan (reliability), dan komitmen (commitment). Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam lingkungan pendidikan secara umum, dan di lingkungan sekolah sebagai pelaksana teknis akan menjamin terselenggaranya pendidikan yang efektif, efisien dan produktif.
Kondisi yang memungkinkan penerapan fungsi manajemen dan terciptanya hubungan yang synergic untuk menciptakan good corporate governance, dalam lingkungan pendidikan, hendaklah dimulai “dari yang kecil-kecil”, dan “Ibda’ binafsika,…” (mulailah dari diri sendiri.”). menjadi modal berharga yang dapat mendorong dan mengembangkan sikap optimisme untuk senantiasa melakukan sesuatu yang baik (tahsiniyah). “Berikan yang terbaik yang mampu anda berikan, dan berupaya untuk menjadi teladan” merupakan gambaran bahwa kualitas sangat penting artinya dalam kehidupan.
III. Implementasi Total Quality Management dalam Pendidikan
Pendidikan yang berkualitas menjadi dambaan semua orang. Untuk menjadi berkualitas memerlukan proses yang dilakukan secara terus menerus dan secara bersama-sama (quality process improvement and continuous process improvement). Di samping itu kualitas menuntut pengorbanan dalam bentuk biaya (cost). Proses menentukan output, dan besarnya cost of production juga dipengaruhi oleh proses. Semakin lama proses, semakin besar kebutuhan akan cost of production. Pendidikan yang berkualitas menuntut pengorbanan dan kesadaran yang lebih besar dari masyarakat akan pentingnya pendidikan. Apabila kesadaran akan pentingnya pendidikan, dan bersama-sama melakukan upaya perbaikan dengan melakukan perubahan yang dimulai dari diri sendiri dan dari yang kecil-kecil dan terus menerus, maka taraf keyakinan (level of confidence) kita berada pada tingkat signifikan bahwa pendidikan di Indonesia akan semakin berkualitas.
Dalam penyelenggaraan pendidikan formal, proses nilai tambah diberikan di sekolah sebagai wawasan wiyatamandala melalui guru dan seluruh komponen sekolah lainnya secara bersama-sama. Dalam proses tersebut perlu diterapkan prinsip-prinsip TQM, sehingga ada perubahan paradigma pendidikan dari teacher centered menuju student centered, dari paradigma pengajaran (teaching) menjadi pembelajaran (learning), dan dari “little quality” menjadi “Big Quality”. Perbaikan pada proses dilakukan secara bersama-sama di semua lini, mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tata usaha, security, lingkungan pendidikan, komite sekolah, organisasi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, serta seluruh elemen masyarakat. Tanggung jawab pendidikan tidak dibebankan kepada masyarakat pendidikan saja, tetapi menjadi tanggung jawab semua.
Keberhasilan pendidikan adalah keberhasilan semua. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) yang disertai dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi perlu disupport dengan terlebih dahulu melakukan tahap persiapan yang matang. Di tingkat sekolah perlu dipersiapkan semua perangkat: kepala sekolah harus siap dengan gaya kepemimpinan yang dituntut oleh MBS, guru yang siap mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum KBK, tata usaha perlu mempersiapkan diri dengan sistem pengadministrasian yang “porto-folio”, kesiapan dari segi sarana prasarana pendukung pendidikan, kesiapan mental seluruh personil, dukungan pemerintah dalam hal tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan menjadi bahan pertimbangan yang tidak dapat diabaikan.
Total Quality Management yang menekankan pada perubahan ke arah perbaikan menjadi tuntutan untuk meningkatkan kualitas dan menciptakan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan keunggulan komparatif (comparative advantage). Implementasi prinsip-prinsip manajemen dalam pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pendidikan yang dapat dilihat dari prestasi atau efektivitas dan pada efisiensi. Aspek efektivitas dapat dilihat pada: masukan yang merata, keluaran yang banyak dan bermutu tinggi, ilmu dan keluaran yang gayut dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, pendapatan tamatan serta keluaran yang memadai (Engkoswara, 1988).
Kajian terhadap efektivitas suatu usaha panjang dan berkesinambungan seperti pendidikan, mengantar kita pada pertanyaan apa yang menjadi indikator efektivitas pada setiap tahapannya. Indikator ini tidak saja mengarah pada apa yang ada (input, process, output, outcome), tetapi juga pada apa yang terjadi atau proses. Indikator tersebut adalah: (1) indikator input; meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan, dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen, (2) indikator process; meliputi prilaku administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik, (3) indikator output; berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik dan dinamika sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan dengan perubahan sikap, serta hasil-hasil yang berhubungan dengan keadilan, dan kesamaan. dan (4) indikator outcome; meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan, serta pendapatan (Mulyasa, 2003).
Efektivitas organisasi termasuk organisasi layanan publik (public service) seperti lembaga pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: efektivitas keseluruhan, kualitas, produktivitas, kesiagaan, efisiensi, profit, pertumbuhan, pemberdayaan lingkungan, stabilitas, perputaran atau keluar-masuknya pekerja, semangat kerja, motivasi, kepuasan, penerimaan tujuan organisasi, keluwesan dan adaptasi, dan penilaian pihak luar.
Selanjutnya produktivitas pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Thomas (1992) dapat ditinjau dari tiga dimensi, yaitu: (a) dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar dan seberapa baik layanan yang dapat diberikan dalam proses pendidikan, baik oleh guru, kepala sekolah, maupun pihak lain yang berkepentingan, (b) dari segi keluaran perubahan prilaku dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran prestasi akademik yang telah dicapainya dalam priode belajar tertentu di sekolah, (c) dari segi keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Hal ini mencakup “harga” layanan yang diberikan (cost) dan perolehan (earning) yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut “peningkatan nilai balik”.
III. Penutup
Pelaksanaan KBK yang saat ini masih dalam taraf sosialisasi, ke depan perlu dimaksimalkan. Salah satu upaya memaksimalkan, dalam arti efektif dan efisien diperlukan rencana strategis (strategic plan). Penajaman visi, misi, tujuan, program sampai implementasi program sekolah menjadi syarat mutlak yang tidak boleh ditawar-tawar. Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan peran dan tanggung jawabnya terhadap pendidikan sesuai konsep education for all yang telah dikemukakan di atas. Di samping itu sudah saatnya prinsip-prinsip TQM “diadopsi” dari dunia usaha (bisnis) ke dunia pendidikan dengan melakukan adjustment agar tepat sasaran. Dalam TQM, semua orang dalam organisasi ikut bertanggung jawab dalam memberikan service yang berkualitas. Budaya “tiada hari tanpa perubahan” perlu dibangun.
Demikian halnya jika pendidikan dilaksanakan dalam konsep edutaiment dengan menerapkan Total Quality Management, maka kepuasan stakeholders (orangtua siswa) akan tercipta (customer satisfaction), dan mind-share dan mind-heart masyarakat (orangtua siswa) terhadap sekolah akan semakin baik. Brand-image sekolah tersebut muncul dengan sendirinya, dan ungkapan “sekolah takut kehilangan siswa” tidak perlu ada, karena di dalamnya telah terjadi proses penambahan nilai (VAP) dan penanaman/pengamalan nilai dalam proses pembelajaran (value in use process) akan menggeser little “q” menjadi BIG “Q”.*

Rabu, 13 Februari 2008

Diklat Classroom Action Research MGMP IPS Maros

Peningkatan kualitas SDM tenaga pendidik merupakan hal yang sangat penting dan mendesak dilakukan. Salah satu wadah pengembangan profesionalisme guru adalah MGMP. Program Revitalisasi MGMP telah digulirkan oleh pemerintah melalui bantuan block grant yang disalurkan melalui LPMP sebagai wadah penjamin mutu pendidikan. Sasaran pemberian bantuan adalah guru mata pelajaran melalui diklat antara lain penyusunan KTI.

MGMP IPS Kabupaten Maros, khususnya mata pelajaran Sosiologi telah melakukan diklat PTK (12 Februari 2008) dengan menampilkan pemateri Drs. Muh. Hidayat Ismail, M.Si. (Widyaiswara LPMP Prov. Sulawesi Selatan).
Pelatihan ini diikuti oleh 46 orang guru mata pelajaran (Ekonomi, Geografi, Sosiologi, PKn).
Hidayat Ismail mengaharapkan setelah selesainya diklat ini, peserta sudaha dapat menulis KTI dan dikirim ke Jurnal Ilmiah LPMP Sulsesl atau Majalah "Pabbiritta".


Muhammadia Arafah

Sabtu, 26 Januari 2008

MGMP IPS Maros

MGMP adalah salah satu wadah pengembangan profesionalisme guru. Melalui MGMP guru berkomunikasi dan sharing pendapat tentang aktivitas pembelajaran di sekolah masing-masing. Masalah yang dihadapi guru dalam menjalankan tugasnya sesuai karakteristik dan kondisi sekolah masing-masing menjadi fokus pembahasan yang menarik di forum MGMP. Mencari solusi alternatif pemecahan masalah melalui MGMP akan menjadi efektif karena melibatkan guru dari berbagai macam latar belakang perkembangan sekolah. Di samping itu pengawas sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan intrukstur dari dinas/instansi terkait dilibatkan untuk memberikan materi berdasarkan program kerja yang ditetapkan.
Hal tersebut dilakukan di MGMP IPS Kabupaten Maros. Forum MGMP IPS Kabupaten Maros terdiri dari tiga mata pelajaran, yaitu :Ekonomi-Akuntansi, Geografi, Sosiologi. Ketiga mata pelajaran ini melakukan kegiatan MGMP dalam satu atap yang sekretariatnya di SMA Negeri 2 Maros, Jl. Pendidikan no. 23 Barandasi, Kec. Lau Kabupaten Maros. MGMP yang aktif sejak tahun 1998 ini telah melaksanakan program kerja yang dususun setiap semester. Salah satu program kerja yang dilaksanakan setiap tahun yang sangat membantu guru dalam melaksanakan tugasnya adalah pembuatan perangkat pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatannya, MGMP mendapat bantuan dari Pemerintah yaitu batuan block grant untuk revitalisasi MGMP dari pemerintah yang disalurkan melalui LPMP Sulawesi Selatan. Bantuan ini dimaksudkan untuk pemberdayaan MGMP dalam rangka peningkatan profesinalisme guru. Dengan bantuan tersebut aktivitas guru dalam forum ini dapat berjalan dengan lancar. Semoga perhatian pemerintah, baik Pemkab Maros maupun Pemerintah Pusat berkesinambungan dan dapat memacu kreatifitas guru yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di Kabupaten Maros.
Muhammadia Arafah
Ketua

Selasa, 22 Januari 2008

Sertifikasi Guru

Sejak UU Guru dan Dosen diberlakukan pemerintah, muncul komentar yang bermacam-macam dari kalangan guru sendiri. Ada yang menanggapi serius, tapi yang menanggapi sinis juga ada.
Guru yang kreatif, tanggap dengan sertifikasi ini. Mereka menanggapi optimis dan segera melengkapi dokumen portofolio.
Bagaimana dengan Anda,...?

Sudahkah Anda mempersiapkan portofolio Anda,...?
Siapkan dari sekarang,.... dan ingat jangan dimanipulasi!
Pastikan dokumen asli milik sendiri.

Selamat mempersiapkan,...

marafahardian6671

Guru profesional

Guru yth,...

Saat ini, dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, guru dapat dengan mudah mendapatkan informasi atau data-data yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas internet. Fasilitas ini juga telah disiapkan oleh Depdiknas melalui bantuan fasilitas internet gratis. Guru profesional sebagaimana diharapkan oleh pemerintah diharapkan mampu mencetak SDM andal, kreatif dan mandiri, dan kompetitif.

Perhatian pemerintah saat telah berusaha meningkatkan mutu tenaga pendidik. Ini ditandai dengan pelaksanaan sertifikasi guru yang saat ini berlangsung.

Diharapkan semua guru mempersiapkan diri untuk mengikuti sertifikasi guru tersebut.

Lengkap dokumen portofolio Anda dari sekarang, dan daftarkan segera setelah daftar nama Anda telah ditetapkan dari Dinas Kab/Kota. Jangan lupa kordinasi dan komunikasi yang baik dengan Kepala Sekolah, Pengawas, dan Dinas Pendidikan kab/Kota.

Majulah guru Indonesia,...

marafahardian6671